EMBUN
![]() |
Ilustrasi gambar: tirto.id |
Oleh : Ananda Umairoh
Aku hanyalah siswa biasa di sekolah, semua
orang tak ingin berteman denganku lantaran dandananku yang culun dengan
kacamata bulat yang kupakai dan rambut yang terurai berantakan. Di sekolah aku mengagumi
seorang cowok, mungkin bukan hanya aku saja yang mengaguminya. Namun hampir
setiap cewek yang ada di sini juga mengaguminya, cowok itu bernama Ezra
Ramadhan. Dia cowok yang popular karena dia memiliki begitu banyak kelebihan,
seperti pintar di segala bidang mata pelajaran, kapten basket, dan juga dia
adalah salah satu anggota jurnalis yang sering mewakili sekolah dalam
perlombaan fotografi. Dia memiliki tubuh yang tinggi, berkulit putih, dan
berwajah tampan sebagai pelengkapnya.
Pagi ini seperti biasanya, jam telah menunjukkan pukul 07:30, aku, Embun Imalia Wibowo atau yang sering dipanggil dengan sebutan Embun bergegas pergi ke sekolah dengan menaiki bus, aku berjalan dengan santai menuju halte bus, setibanya aku di sana bus pun datang, tetapi aku tak menaikinya, karena aku sedang menunggu seseorang. Orang yang kutunggu adalah Ezra Ramadhan, cowok yang kukagumi selama satu tahun belakangan ini. Tak butuh waktu lama, Ezra datang, aku tersenyum tipis, dan selanjutnya bus berikutnya pun tiba. Ezra langsung menaikinya secara spontan saja aku juga langsung menaikinya, kupilih tempat duduk yang berada di belakangnya agar aku bisa memperhatikannya secara diam-diam.
Setibanya di depan gerbang sekolah, aku
berjalan masuk bersama Ezra, dengan posisiku yang berada di belakangnya.
Kebetulan sekali aku dan Ezra berada pada kelas yang sama, setibanya di kelas
aku langsung duduk di bangkuku yang terletak di sudut ruangan, tempat yang
sangat strategis. Selama jam pelajaran berlangsung, aku memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan pelajaran. Namun terkadang, pandanganku acap kali tertuju ke
arah Ezra, tanpaku sadari.
KRINGG!! KRINGG!!
Suara bel pertanda istirahat berbunyi, kelas
yang tadinya sunyi seperti kuburan seketika penuh dengan kegaduhan.
Perlahan-lahan semua siswa yang berada di kelas pergi meninggalkan kelas,
mereka pergi dengan rasa senang bersama teman-temannya, sedangkan aku.. aku tak
memiliki teman satupun di sekolah. Karena menurut mereka dandananku culun dan
sifatku aneh. Pasti kalian bertanya mengapa mereka bisa bilang seperti itu?
Tentunya karena kebiasaanku! Setiap pergantian jam pelajaran aku selalu meminum
jus tomat dan dilanjutkan dengan memakan tomat, lalu aku akan mengelap mejaku
hingga kinclong padahal itu hanya meja belajar sekolah, di tambah dengan aku
yang sering melamun tidak jelas dengan mulut yang terbuka lebar. Hal-hal itulah
yang membuatku di cap sebagai cewek aneh, padahalkan itu hanya kebiasaan saja.
Walaupun aku tidak memiliki teman di kelas dan
tidak ada yang mengajakku ke kantin di saat jam istirahat. Namun, hanya berada
di kelas saja sudah membuatku betah untuk berlama-lama. Mengapa begitu? Ah!
Alasannya sangat klasik. Karena pada jam istirahat, Ezra tidak pergi ke kantin
atau bahkan sekedar berkeliling sekolah saja. Ia akan sibuk membaca buku
pelajaran di kelas sedangkan, aku hanya berani memperhatikannya dari bangku
secara diam-diam.
Ketika pulang sekolah, lagi-lagi aku berjalan
sendirian, tanpa teman satupun yang berada di sampingku. Namun aku tampak biasa
saja karena aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Aku berjalan menuju
halte bus yang berada tidak jauh dari sekolah, saat bus tiba aku langsung
menaikinya. Sesampainya di dalam bus, aku segera mengeluarkan ponselku yang
berada di dalam tas, memainkannya hingga aku tak menyadari bahwa bus yang
kutumpangi sempat berhenti. Jangan lupakan fakta bahwa ada seorang cowok yang
menduduki kursi kosong yang berada di sampingku. Aku kaget karena seorang cowok
yang duduk di sampingku kini adalah Ezra.
“Ezra?” ucapku nyaris berteriak. Ezra yang
sedang duduk dengan tenang, lantas
langsung melirik ke arahku. Namun seperdetik kemudian, ia kembali menghadap ke
depan tanpa mengucapkan kata apapun.
Bus berhenti di halte berikutnya, buru-buru
aku langsung turun. Aku masih merasa sangat gugup ketika aku menyadari bahwa
sedari tadi aku duduk di samping Ezra, orang yang selama ini kukagumi.
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke
dalam kamarku, seperti biasaya, aku akan mengulas kembali pelajaran yang telah
kupelajari di sekolah. Namun setelahnya, aku mencari buku harianku. Semua isi
tasku telah kubongkar lebih dari lima kali, tetapi aku tidak menemukan buku
itu. Ini semua bukan tentang bukunya, tetapi tentang isinya. Buku itu berisi
ungkapan hatiku untuk Ezra walaupun di buku tidak tertera nama “Ezra” secara
terang-terangan, tetapi tetap saja jika ada orang yang membacanya aku merasa…
sangat malu.
“Aku tahu, tidak seharusnya aku merasa malu
karena aku bukan siapa-siapanya ( pacar ) Ezra, tapi mau bagaimana lagi,”
keluhku.
Terkadang, aku merasa kesal dengan perasaan
yang kumiliki, karena aku tahu bahwa aku
tak pantas untuk memiliki perasaan seperti ini kepada orang yang begitu popular
seperti Ezra. Tak terbayangkan bagaimana
rasanya jika seorang Ezra Ramadhan, seorang cowok terpopuler di sekolah,
berpacaran denganku –cewek culun— di sekolah.
07:00 WIB
Sekolah
Hari ini, aku sengaja datang ke sekolah saat
hari masih sangat pagi. Bukan tanpa alasan, tetapi tujuanku adalah untuk
mencari buku harianku yang –mungkin— ketinggalan di sekolah. Aku membongkar isi
laci mejaku. Namun aku masih tidak menemukannya.
“Eh, cewek aneh! Kamu nyari apa, sih? Rusuh
sekali!” celetuk salah satu cewek di kelas.
Aku hanya bisa diam dan menunduk, secara tidak
terduga, tiba-tiba Ezra datang menghampiriku dan berkata, “Nih buku kamu, lain
kali di jaga baik-baik.”Dia memberikan sebuah buku kepadaku, betapa terkejutnya
aku ketika aku melihat bahwa buku yang Ezra beri kepadaku tidak lain dan tidak
bukan adalah buku harian yang kucari dari malam tadi.
“Semoga Ezra tidak membaca isi dari buku ini,”
doaku dalam hati.
Hari ini adalah hari Rabu, hari dimana aku
selalu menyempatkan waktuku untuk melihat mading sekolah, karena setiap hari
ini Ezra selalu memajang hasil fotonya di sini. Sayangnya, dari sekian banyak
siswa di sekolah yang Ezra potret, tidak ada satupun wajahku yang terpotret.
Setelah puas melihat foto yang di pajang Ezra, aku pulang dan berjalan
sendirian –lagi— sambil menundukkan kepalaku.
“Kalau jalan melihat ke bawah terus, nanti
nabrak loh.”
Secara spontan kepalaku terangkat, karena
tiba-tiba aku mendengar suara seorang cowok yang mana suara itu sangat tidak
asing di telingaku. Dan benar dugaanku bahwa suara cowok itu adalah suara Ezra.
“Kamu?” ucapku.
Ezra membungkukkan tubuhnya ke arahku, dia
mendekatkan bibirnya ke telingaku sambil berbisik, “Aku.. suka kamu.”
“Apa barusan dia menembakku?” ucapku dalam
hati.
“Kamu mau menjahili aku, kan?!” tanyaku dengan
wanti-wanti. Takut, kalau aku akan dibuat jatuh dari langit ke tujuh karena
ucapannya barusan.
“Aku tahu.. aku itu cewek aneh tapi, jangan
begini,” lanjutku.
“Aku. Serius,” tegas Ezra.
“Benarkah? Kamu tidak sedang bohongkan?”
tanyaku lagi, hanya sekedar memastikan kalau saja dia sedang melawak. Ezra
menjawabnya dengan anggukkan.
“Kenapa? Apa kamu tidak menyukaiku? Oh! Kamu
suka sama cowok yang ada di buku harian kamu itu, ya? Kalau kamu tidak suka
sama aku tak apa,” cerocos Ezra.
“Mustahil jika dia tidak tahu bahwa isi buku
itu semuanya tentang dia, pasti dia ingin menjahiliku,” ucapku dalam hati.
Aku pun melanjutkan langkah kakiku tanpa
menjawab semua pertanyaan yang telah di lontarkan oleh Ezra. Namun Ezra
menahanku, dengan menarik tanganku.
“tunggu Embun..” ucap Ezra, dia menyebut
namaku..??, aku benar-benar merasa senang dengan hal itu. “aku beneran suka
sama kamu” tegas Ezra sekali lagi, “itu tidak-mungkin” jawabku sambil
melepaskan genggaman tangan Ezra. Tanpa bervikir panjang aku pun langsung kabur
dari hadapan Ezra.
“hei.. Embun mengapa kamu lari..??” teriak
Ezra.
Teriakkan Ezra sontak membuat semua siswa
melihat kearah kami, tetapi aku tidak memperdulikannya, aku hanya memikirkan
satu hal yaitu ”lari”, lari dari hadapan Ezra agar tidak merasa malu lagi. Aku
tidak tahu pernyataan yang baru saja dilontarkan Ezra itu benar adanya atau
hanya tipuan.
Aku pun langsung berjalan ke tempat
penyebrangan dengan tergesa-gesa, tanpa di sadari aku menyebrangi jalan tanpa
memperhatikan terlebih dahulu apakah jalan itu sudah aman untuk di sebrangi
atau tidak. Dan yang benar saja, dari arah tikungan yang terletak di ujung
sekolah terlihat sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan melampaui batas
ketentuan, aku tidak menyadarinya sedikitpun lalu Ezra meneriakkan namaku “
Embun awass..!!!”, namun aku tidak mendengarkannya karena kebiasaanku yaitu
melamun sembarangan kembali lagi, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang
mendorongku dari belakang sehingga aku tiba di sebrang jalan lebih cepat.
BBRRAAAKK…..!!!!!
terdengar suara hantaman yang begitu keras
dari belakangku, aku pun berdiri secara perlahan-lahan, seluruh tubuhku
gemetaran dan terdengar suara teriakkan histeris dari siswa-siswa yang melihat
kejadian itu, aku pun membalikkan tubuhku, aku sangat kaget karena melihat Ezra
yang terkapar lemah ditengah jalan, tanpa basa-basi aku pun langsung
menghampiri Ezra tanpa memperdulikan luka yang ada di kakiku, aku langsung
mengangkat kepala Ezra ke atas pangkuanku, habis semua darah Ezra membajiri
hampir sebagian dari jalan raya.
“Ezra maafkan aku, sebenarnya aku juga suka
sama kamu, sudah lama sekali aku suka sama kamu” ucapku sambil meneteskan air
mata.
Ezra
mengangkat tangannya dan meraih wajahku lalu Ezra menghapus air mata yang ada
di pipihku. “syukurlah jika perasaanku berbalas” ucap Ezra dengan nada lirih,
lalu Ezra menutup matanya, sambil menggenggam tangan Ezra tidak terasa
butiran-butiran hangat jatuh di pipihku.
***
Tujuh hari telah berlalu, sejak kejadian itu
aku memutuskan untuk tidak masuk sekolah, aku hanya mengunci diri dalam kamar,
aku sangat merasa bersalah.
“seandainya aku tidak lari dari hadapan Ezra
waktu itu, mungkin dia tidak akan mengejarku dan mungkin dia masih hidup
sekarang” ucapku dengan rasa penuh sesal. “aku membunuh orang yang aku kagumi
selama ini” ucapku lagi.
Aku pun mengunjungi rumah Ezra bersama ibuku,
ku kumpulkan semua keberanianku untuk datang kesana, sesampainya di sana aku
langsung di sambut dengan seorang cewek yang sepertinya hampir sepantaran
denganku,
“kamu Embun..??” Tanyanya kepada ku.
Lalu
aku menjawab “iya, maafkan aku atas kejadian yang menimpa Ezra”.
Tiba-tiba saja cewek itu menarik tanganku dan
membawaku ke sebuah kamar, ku masuki kamar itu, dan betapa terkejutnya aku saat melihat hampir semua dinding di
kamar itu tertempel foto-fotoku.
“ini
kamar Ezra, ini semua hasil potretannya dan aku adalah kakak perempuannya”
ucapnya, “Ezra tidak pernah suka sama cewek dan kamu adalah orang yang pertama
dia suka dan dia juga telah mengorbankan nyawanya untuk cewek yang dia suka
yaitu kamu Embun, Ezra melakukan itu semua karena dia suka dan sayang sama
kamu, jadi kakak mohon kamu jangan pernah lagi menyalahkan diri kamu sendiri
atas perginya Ezra, ini sudah menjadi kehendak Tuhan” jelas kakak perempuan
Ezra sambil berlinangan air mata.
“ini di
dalam laptop ini ada begitu banyak video yang direkam oleh Ezra namun ada satu
nama folder yaitu “Embun” kamu boleh menonton itu, aku mau pergi dulu” jelas
kakak perempuan Ezra lagi.
Setelah
kakak perempuan Ezra pergi aku pun langsung
menduduki kursi yang berada di depan meja belajar Ezra dan mulai memutar
video yang ada di dalamnya.
“haii… kembali lagi dengan aku Ezra, kali ini aku bakalan curha
tentang kisah asmara aku nih.., langsung saja aku itu suka sama cewek, dia itu
udik, culun dan aneh tapi aku suka sama dia, padahal di sekolahku banyak sekali
cewek-cewek cantik yang mendekatiku, tetapi tidak ada satupun yang membuat aku
tertarik, beda dengan Embun, menurut aku dia itu cewek yang unik bukan udik
bukan juga culun, justru kebiasaan-kebiasaan anehnyalah yang membuatku tertarik
kepadanya, tetapi maaf sepertinya aku akan mengungkapkan perasaan ini agak
lambat atau terlambat hahahaha……karena aku tidak punya keberanian untuk
menyampaikannya, sepertinya hanya itu yang bisa aku ceritakan di video kali
ini, oke sampai jumpa di video aku selanjutnya.”.
Setelah menonton itu lagi-lagi aku meneteskan
air mata, ternyata Ezra benar-benar mengatakan yang sebenarnya dan aku tidak
mempercayainya karena aku telah mengambil kesimpulan sendiri bahwa cowok
popular seperti dia tidak akan pernah menyukai cewek seperti aku dan ada satu
hal lagi yang membuatku menyesal, aku belum sempat mengatakan kepada Ezra bahwa
isi buku harianku bukanlah tentang cowok lain melainkan dia sendiri.
Satu tahun kemudian……
Embun yang dulu sangat berbeda dengan Embun
yang sekarang, aku merubah penampilanku yang dulunya sangat culun dan udik
sekarang menjadi seorang sosok wanita yang amat cantik, semua orang ingin
berteman denganku namun tidak ada satupun di antara mereka yang membuatku
nyaman karena aku tahu bahwa mereka tidak tulus ingin berteman denganku, mereka
ingin berteman denganku hanya karena aku tidak culun lagi.
Tidak ada komentar