Header Ads

Header ADS

Cerpen: Usaha Tidak Mengkhianati Hasil

Gambar oleh IgorKocka dari Pixabay

Oleh : Aulia Febrian

Di suatu kota, tepatnya di Kota Padang, Sumatera Barat pada tanggal 1 November 1967 lahirlah seorang perempuan yang bernama, Afni. Ia dilahirkan di sebuah rumah sakit ternama,yaitu Rumah Sakit Semen Padang. Biasanya nama untuk seorang anak diberikan oleh orang tuanya, tetapi nama Afni ini diberikan oleh kakeknya karena ia merupakan cucu kesayangan dari kakeknya. Ia dibesarkan dalam keluarga yang sederhana. Ayahnya bekerja sebagai pedagang dan ibunya mengurusi rumah tangga. Afni merupakan putri pertama dari tujuh bersaudara. Sehingga beban berat ditanggungnya untuk membimbing adik-adiknya sampai selesai sekolah.

Beberapa tahun kemudian, ia bersekolah di SD Muhammadiyah Lubuklinggau bersama adik-adiknya. Suatu hari, ketika pulang sekolah, Adiknya yang bernama Kartini terjadi kecelakaan kecil. Afni langsung menolong adiknya. 

“ Apa ada yang sakit? “Tanya afni kepada Kartini.

“Sakit dikit tetapi Tas Presiden aku pecah” Jawab Kartini

Pada masa itu tas presiden ini emang sangat terkenal di kalangan anak sekolah terutama anak usia sekolah dasar.

“Ya sudah tidak apa-apa. Nanti kita beli lagi tasnya. Ayo kita pulang untuk mengobati lukanya” kata Afni sambil merangkul Kartini untuk mengajak pulang.

Setiap hari sepulang sekolah Afni dan Kartini membantu orang tua mencari nafkah dengan berjualan makanan kecil di sekolah lain. Sepulangnya dari berjualan, mereka akan mendapatkan upah sebagai tambahan uang jajan tetapi uang tersebut ditabung oleh Afni.

Beberapa Tahun kemudian, Afni melanjutkan pendidikan ke SMP N 1 Lubuklinggau selama 3 tahun dan SMAN 1 Lubuklinggau selama 3 tahun juga. Di masa SMP dan SMA, tidak banyak kisah yang dapat diceritakan karena ekonomi keluarganya sudah sedikit meningkat dari sebelumnya. Sehingga Afni tidak berjualan lagi.

Sewaktu lulus dari SMA 1, pada masa itu ketika mau masuk ke perguruan tinggi dikoordinir oleh sekolah. Banyak diantara teman-teman Afni mendaftarkan diri untuk ikut tes di UNSRI sedangkan Afni sendiri mau ikut tesnya di UNAND di kota kelahiran nya.

Ketika guru membacakan nama-nama siswa yang ikut tes, nama Afni tidak terdaftar di UNAND. Setelah mendengar pengumuman tersebut, Afni langsung menanyakan kepada Guru yang membacakan pengumuman itu, Pak Matasir, BA

“Pak, Kenapa nama saya tidak terdaftar di UNAND? Sementara, kemarin saya mendaftarnya di UNAND.” Tanya Afni kepada Pak Matasir, BA.

“Mungkin nama kamu termasukkan ke dalam pendaftaran di UNSRI” Jawab Pak Matasir, BA.

Saat dibacakan pengumuman nama siswa yang mendaftar ikut tes di UNSRI, ternyata memang nama Afni memang benar termasuk di dalam rombongan nama-nama siswa yang mendaftar di UNSRI.

Pada malam di hari yang sama, ia langsung berangkat ke Palembang bersama teman-teman lainnya yang ikut tes di UNSRI didampingi oleh Pak Matasir, BA dengan menaiki kereta api.

Sesampainya di Kota Palembang, afni dan teman-temannya berpisah pergi ke rumah keluarganya masing-masing. Sementara Afni dan 2 sahabat karibnya, Siti Aisya dan Baiti susila, diajak oleh Pak Matasir tinggal di rumah kakaknya di Kompleks Perumahan IAIN Raden Fatah karena kebetulan tempat tesnya berdekatan dengan rumah kakak Pak Matasir. Setelah selesai mengikuti tes, Afni beserta teman-temannya disarankan oleh Kakaknya Pak Matasir untuk mencoba ikut tes di IAIN Raden Fatah Palembang. Setelah dikasih saran, terjadilah perdebatan antara Afni dan teman-temannya. Afni setuju mengikuti saran dari Kakaknya Pak Matasir sedangkan teman-temannya masih ragu. Akhirnya, Pak Matasir memberi jalan keluar untuk perdebatan Afni dan teman-temannya.

“Mumpung masih di Palembang, coba ikut saja tes di IAIN. Siapa tau ada di antara kalian ada yang lulus. Sementara untuk di UNSRI pendaftarnya begitu banyak.” Kata Pak Matasir

Akhirnya, Afni dan teman-temannya ikut tes di IAIN Raden Fatah Palembang.

Selesainya dari tes, Afni dan teman-temannya pulang ke Lubuklinggau karena untuk menunggu pengumuman IAIN Raden Fatah masih satu minggu lagi. Sementara untuk pengumuman UNSRI masih satu bulan lagi.

Seminggu kemudian, pengumuman IAIN Raden Fatah keluar. Di pengumuman itu, Alhamdulillah Afni dinyatakan lulus sementara 2 sahabatnya tidak lulus. Ia langsung memberikan kabar gembira kepada orang tuanya.

“Pergi ke Palembangnya bersama siapa? Tanya Mama Afni

“Diantar Pak Matasir” Jawab Afni 

Pada malam hari setelah pengumuman keluar, Afni langsung berangkat ke Palembang ditemani oleh Pak Matasir untuk mengurus pendaftaran ulang di IAIN.

Satu bulan kemudian, Afni mulai belajar di IAIN Raden Fatah Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris IPS. Kuliah di IAIN ini, Afni merasa senang dan sedih. Senang karena diterima di IAIN Raden Fatah. Sedihnya karena kedua sahabat karibnya tidak ada bersamanya karena tidak diterima di IAIN Raden Fatah Palembang.

Selama kuliah, Afni tinggal di Asrama Putri. Setahun kemudian, Kartini juga diterima di IAIN Raden Fatah Palembang. Mereka berdua tinggal di Asrama Putri.

Setelah lulus kuliah, Afni sama dengan sarjana yang lainnya, yaitu sibuk mencari kerja. Beberapa sekolah sudah di datangi oleh Afni untuk memasukkan surat lamaran kerja. Tetapi tak satupun yang memberikan jawaban atas lamaran yang diajukannya.

Selama belum ada jawaban dari sekolah-sekolah yang diajukan lamaran kerja, Afni mengisi waktu luang dengan menjadi tenaga pengajar di dan aktif di berbagai Organisasi Kepemudaan seperti, Nasyiatul Aisyiyah dan KNPI.

Beberapa bulan kemudian, datanglah seorang pegawai Tata Usaha SMK Muhammadiyah Lubuklinggau yang bernama Pak Mukhtar untuk meminta Afni menjadi tenaga pengajar karena guru yang mengajar mata pelajaran Dasar-dasar Administrasi pindah ke luar kota.

“Ibu (Afni) diminta menjadi tenaga pengajar menggantikan guru yang pindah tugas karena 3 bulan lagi akan diadakan ujian akhir semester. Sementara untuk mencari guru baru itu sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Apakah ibu (Afni) bersedia?” Kata Pak Mukhtar

“Ya, saya bersedia.” Jawb Afni

“Besok langsung dating ke sekolah untuk ambil perlengkapan mengajar.” Kata Pak Mukhtar

Selama mengajar di SMK Muhammadiyah Lubuklinggau, tak sekalipun Afni mengikuti tes pegawai.

Beberapa Tahun kemudian, ada pembukaan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. Afni dan Kartini mencoba untuk mengikuti tes Pegawai Negeri Sipil sesuai saran dari mamanya.

“Ikutlah. Siapa tau ini ada rezeki anak.” Kata Mamanya

Ternyata, Do’a orang tua benar-benar maqbul dan langsung diperlihatkan oleh Allah SWT. Sehingga Afni dinyatakan lulus tes PNS. Pengumuman kelulusan itu diumumkan melalui media cetak Linggau Pos. 

Pagi hari pada saat hari pengumuman itu, Afni mendapatkan kabar baik itu dari adik iparnya yang bernama Evi Bewiyanti. Setelah melihat pengumuman di koran bahwa Afni Dinyatakan lulus PNS, Evi langsung datang ke rumah umtuk menyampaikan kabar baik serta mengucapkan selamat kepada Afni.

“Bu ante (Afni). Bu Ante lulus.” Ucap Adik iparnya

“Apa iya vi? Tanya Afni

“Iya. Aku baru baca di Koran.” Jawab Evi

Mendengar kabar bahwa Afni dinyatakan lulus, adiknya langsung memberi tanggapan.

“Nama aku ada tidak?” Tanya Kartini

“Tidak ada.” Jawab Evi

“Mungkin Kamu salah baca. Tidak mungkin nama aku tidak ada. Sedangkan nama bu ante ada.” Kata Kartini

“Serius. Cuma Nama Bu Ante yang ado. Karena nama Afni aneh, singkat, jarang ado namo yang samo. Sementara nama Kartini banyak yang samo.” Kata Evi

“Lihat Tempat tanggal lahir nyo. Pasti beda kan” Kata Kartini

“Aku tidak melihat tempat tanggal lahir. Aku Cuma melihat nama.” Kata Evi

“Cari vi korannya. Beli di depan Kantor Pos.” Kata Kartini

Kemudian, Evi langsung pergi ke Kantor Pos untuk membeli Koran yang berisi pengumuman kelulusan itu.

Sesampainya di rumah, Kartini langsung mendatangi Evi untuk melihat hasil kelulusan di Koran. Setelah membaca Koran tersebut, Kartini langsung bersorak kegirangan sambil mengucap syukur karena namanya benar-benar ada.

“Alhamdulillah. Aku lulus.” Kata Kartini dengan gembira

Akhirnya, Afni diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Agama. Afni dan Kartini yang selalu bersama sejak SD sampai bekerja di satu Instansi yang sama juga

Akhir cerita, Semua perjuangan dan usaha Afni membuahkan hasil yang manis. Dimana awalnya berjuang dengan susah payah demi mencapai cita-cita sehingga akhirnya Afni dapat mewujudkan cita-citanya. Sesuai dengan Peribahasa “Berakit-rakit ke hulu. Berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu. Bersenang-senang kemudian.

TAMAT

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.